Capung adalah hewan yang indah. Capung selalu hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Capung juga merupakan penerbang yang handal dan memiliki daerah jelajah yang cukup luas untuk ukuran serangga sepertinya. Struktur sayap capung yang unik, menjadikannya memiliki kemampuan untuk terbang melayang pada posisi tetap di udara dan mendarat dengan mulus di tempat yang ia inginkan.
Serangga ini jarang berada jauh dari air, yang merupakan tempat dimana mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Capung dapat ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl. Namanya dalam bahasa sunda adalah Papatong dan Kinjeng dalam bahasa Jawa.
Capung merupakan hewan Ovipar atau hewan yang berkembang biak dengan bertelur. Capung meletakkan telurnya di tempat yang aman di dalam air, biasanya di helai-helai daun tumbuan air. Capung hanya mau meletakkan telurnya di perairan yang masih bersih dan bebas dari polusi. Hal ini membuat keberadaan Capung seringkali dijadikan sebagai bioindikator untuk menentukan kualitas air dalam sebuah wilayah.
Capung adalah binatang yang setia. Setelah melakukan perkawinan dan Capung betina mengandung telur, Capung jantan pasangannya akan selalu mengikutinya kemana pun ia pergi. Ketika Capung betina hendak meletakkan telurnya, maka itu adalah saat yang sangat berbahaya bagi keselamatan jiwanya. Sewaktu ia berkonsentrasi untuk mengeluarkan telur-telurnya, ia bisa kehilangan kewaspadaan dan menjadi sasaran empuk bagi predator seperti burung. Maka untuk melindunginya, Capung jantan akan terbang di atasnya supaya jika ada predator yang mengincar, maka dirinyalah yang dimakan dan bukannya Capung betinanya.
Setelah telur Capung menetas dan menjadi Tempayak (larva Capung), maka ia akan hidup dan berkembang di dasar perairan hingga mengalami metamorfosis menjadi Nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai Capung dewasa dengan sayap sempurna yang siap terbang.
Sebagian besar siklus hidup Capung dihabiskan dalam bentuk Nimfa, di bawah permukaan air, dengan menggunakan insang internal untuk bernapas. Pada fase menjadi Tempayak dan Nimfa, Capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Setelah dewasa dan sanggup terbang, Capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan saja.
Sahabat CintaSains juga bisa membaca artikel : Cara Tikus Berkembang Biak
Sahabat CintaSains juga bisa membaca artikel : Cara Tikus Berkembang Biak
Demikian artikel cara Capung atau Kinjeng berkembang biak. Semoga bermanfaat.