Cara Reproduksi atau Kembang Biak Trenggiling

Trenggiling adalah hewan pemakan serangga yang populasinya mulai terancam punah karena perburuan oleh manusia. Trenggiling banyak hidup di hutan hujan tropis dataran rendah. Trenggiling termasuk hewan pemakan segala (Omnivora). Makanan kesukaannya adalah serangga, terutama Semut dan Rayap. Selain itu, Trenggiling juga memakan Kumbang kecil, Ulat, Larva serangga, Kacang, dan biji-bijian.

Ciri-ciri fisik Trenggiling

Trenggiling memiliki tubuh yang memanjang. Bulu pada  tubuhnya termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis untuk melindungi diri. Lidah Trenggiling dapat dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya saat ia mencari semut atau rayap. Trenggiling dapat menggulung badannya hingga menyerupai sebuah bola saat ia berhadapan dengan pemangsanya.

Trenggiling memiliki kepala yang kecil dan lonjong, mata dan telinga yang juga kecil. Mata Trenggiling dilindungi oleh kelopak mata yang tebal untuk melindunginya dari gigitan atau serangan semut atau rayap. 


Kaki Trenggiling ada 2 pasang dimana kaki depan memiliki cakar yang tajam. Cakar ini digunakan untuk menggali gundukan rumah rayap atau mencari semut di pepohanan dan tanah. Ia juga menggunakan cakarnya untuk menggali lubang di tanah sebagai tempat ia tinggal atau bersembunyi.

Ukuran tubuh Trenggiling jantan lebih besar dari Trenggiling betina. Rata-rata panjang tubuh Trenggiling adalah sekitar 75 hingga 150 centimeter dengan panjang ekor 45 sampai 65 % dari total panjang tubuhnya. Bobot tubuh Trenggiling dewasa adalah sekitar 2 kilogram.

Cara reproduksi atau kembang biak Trenggiling

Trenggiling merupakan hewan mamalia, yaitu hewan yang menyusui anaknya dan berkembang biak dengan cara melahirkan. Hanya ada 1 anak yang dilahirkan oleh Trenggiling betina. Berat tubuh anak Trenggiling yang baru dilahirkan adalah sekitar 500 gram. Sisik yang lembut pada bayi Trenggiling akan mengeras setelah 2 hari.

Trenggiling jantan dan betina hidup sendiri-sendiri dan hanya bertemu pada saat musim kawin yang berlangsung antara bulan April hingga Juni. Setelah perkawinan terjadi, Trenggiling betina akan hamil selama 4 bulan. 

Beberapa lama setelah dilahirkan, bayi Trenggiling sudah bisa berjalan meski belum bisa melihat dengan baik. Induk Trenggiling akan selalu menggendong anaknya di atas ekornya selama 3 bulan masa pengasuhan. Setelah 3 bulan anak Trenggiling sudah bisa hidup dan mencari makan sendiri. Kematangan seksual pada Trenggiling di mulai pada usia 1 tahun. Trenggiling diperkirakan dapat hidup hingga usia 15 tahun di alam bebas.

Sahabat Cinta Sains juga bisa membaca artikel : Cara Anakonda Berkembang Biak

Demikian artikel tentang cara reproduksi atau kembang biak Trenggiling. Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates: