Penyu merupakan reptil laut yang populasinya mulai menurun dan terancam akan punah, penyu sendiri memiliki rentang usia hidup yang panjang dan merupakan hewan yang berasal dari filum Chordata serta dikelompokan dalam keluarga Cheloniidae.
Penyu merupakan reptilia yang mirip kura-kura namun hidup di laut dan memiliki empat buah kaki berupa sirip dan juga karapaks yang melindungi tubuhnya. Terdapat beberapa jenis penyu yang ada di dunia dan hidup di seluruh lautan di dunia. Habitatnya ada yang di laut tropis dan subtropis. Penyu berkembang biak dengan cara bertelur. Telur ini disimpan di dalam tanah agar dapat dieramkan secara alami selama sekitar 50-70 hari kemudian akan menetas dan menjadi anak-anak penyu (tukik).
Penyu merupakan jenis hewan yang dilindungi karena populasinya semakin menurun di seluruh lautan di dunia oleh karena perburuan yang dilakukan manusia. Daging penyu dan telurnya mengandung protein yang tinggi sehingga banyak diburu. Namun seyogyanya perburuan ini tidak dilakukan karena hewan ini memiliki masa hidup yang panjang. Untuk mencapai kedewasaannya (kematangan gonad), penyu membutuhkan waktu sekitar paling tidak 20-30 tahun. Hal tersebut menyebabkan masa perkembangbiakan penyu sangat lama, dan belum tentu anak-anak penyu / penyu muda akan ‘selamat’ hidup dikarenakan kondisi lautan yang sangat luas di seluruh dunia didominasi oleh hewan laut lainnya yang mana terdapat berbagai pemangsa alami bagi penyu muda. Penelitian menunjukkan bahwa dari 100 butir telur penyu yang menetas, hanya 1-2% yang dapat hidup hingga dewasa.
Diduga, keadaan dimana telur-telur penyu masih diperdagangkan adalah karena masyarakat tidak mengetahui bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan dan dapat dikenakan sanksi. Artinya, informasi mengenai peraturan-peraturan tersebut belum sampai kepada masyarakat khususnya masyarakat kecil yang bermukim di pesisir pantai Muntok Asin hingga Pantai Tembelo Muntok. Kebutuhan ekonomi yang semakin banyak menyebabkan masyarakat kecil ini melakukan penjualan telur penyu tersebut, asalkan bisa mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
MENGENAL PENYU HIJAU
Penyu hijau merupakan jenis penyu yang paling sering ditemukan dan hidup di laut tropis. Dapat dikenali dari bentuk kepalanya yang kecil dan paruhnya yang tumpul. Nama penyu hijau bukan karena sisiknya berwarna hijau, tapi warna lemak yang terdapat di bawah sisiknya berwarna hijau. Tubuhnya bisa berwarna abu-abu, kehitam-hitaman atau kecoklat- coklatan. Daging jenis penyu inilah yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Mungkin karena orang memburu dagingnya maka penyu ini kadang-kadang pula disebut penyu daging (Nuitja, 1992).
Anak-anak penyu hijau (tukik), setelah menetas, akan menghabiskan waktu di pantai untuk mencari makanan. Tukik penyu hijau hanya memakan alga merah. Penyu hijau akan kembali ke pantai asal ia dilahirkan untuk bertelur setiap 3 hingga 9 tahun sekali. Ketika penyu hijau masih muda mereka makan berbagai jenis biota laut seperti cacing laut, udang remis, rumput laut juga alga. Ketika tubuhnya mencapai ukuran sekitar 20-30 cm, mereka berubah menjadi herbivora dan makanan utamanya adalah rumput laut (Nuitja, 1992).
KANDUNGAN GIZI TELUR PENYU
Dari sekian banyak musuh alami penyu, mitos mengenai khasiat telur penyu sebagai makanan afrodisiak atau yang dapat meningkatkan vitalitas seksual, merupakan pembunuh nomor satu. Gara-gara mitos afrodisiak, populasi penyu terus berkurang.
Telur Penyu mengandung energi sebesar 144 kilokalori, protein 12 gram, karbohidrat 0 gram, lemak 10,2 gram, kalsium 84 miligram, fosfor 193 miligram, dan zat besi 1 miligram. Selain itu di dalam Telur Penyu juga terkandung vitamin A sebanyak 600 IU, vitamin B1 0,11 miligram dan vitamin C 0 miligram.
Namun, jumlah kandungan kolesterol dalam telur penyu bisa mencapai 20 kali lipat lebih banyak daripada telur ayam. Ini berarti, mengkonsumsi telur penyu bukanlah akan membawa manfaat yang baik bagi tubuh. Justru sebaliknya, resiko berbagai macam penyakit akan meningkat dalam tubuh.
Bahkan, penelitian yang baru-baru ini ramai dilakukan di Malaysia dan Australia menunjukkan bahwa telur penyu juga mengandung senyawa beracun yang disebut PCB (polychlorinated biphenyl).Senyawa tersebut tergolong sebagai logam berat yang mampu memicu berbagai resiko kesehatan yang buruk, seperti kanker, kerusakan system syaraf, dan gangguan hormon. Ibu hamil yang mengkonsumsi telur penyu dapat beresiko menyebabkan cacat permanen pada bayi yang akan dilahirkannya.Kandungan polychlorinated biphenyl atau PCB dalam telur penyu juga relatif tinggi yakni 300 kali di atas batas aman harian yang ditetapkan oleh lembaga WHO. PCB merupakan senyawa yang dilarang oleh Kongres AS sejak 1979 setelah terkait dengan kasus cacat lahir dan berbagai jenis kanker.
Adapun jenis-jenis penyu yang dilindungi menurut PP Nomor 7 tahun 1999 adalah sebagai berikut :
1. Caretta Caretta (Penyu Tempayan)
2. Chelonia Mydas (Penyu Hijau)
3. Dermochelys Coriacea (Penyu Belimbing)
4. Eretmochelys Imbricata (Penyu Sisik)
5. Lepidochelys Olivacea (Penyu Ridel)
6. Natator Depressa (Penyu Pipih)
Akan tetapi, banyak masyarakat yang belum mengetahui peraturan tersebut sehingga perburuan terhadap penyu sebagai hewan yang dilindungi masih tetap dilakukan. Pemerintah seyogyanya rajin melakukan sosialisasi peraturan-peraturan tersebut dalam rangka menyebarluaskan informasi kepada masyarakat sehingga masyarakat memahami bahwa upaya perlindungan lingkungan hidup perlu dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan demi keberlangsungan hidup anak cucu kita di masa yang akan datang.
Penyu mungkin tidak memiliki manfaat secara langsung bagi keberlangsungan kehidupan manusia.Pada tahun 2006, Wakil Presiden Dr. Alonso dari Conservation Medicinie at WildTrust sudah melarang masyarakat dunia untuk mengonsumsi daging dan telur penyu. Seiring dengan kerusakan air laut dan ekosistemnya, penilitian yang dilakukan oleh tim Dr. Alonso ini menemukan beberapa bakteri yang biasa ada di logam berat, beberapa parasit, serta senyawa logam berat seperti merkuri dan organoklorin.Dalam penilitian yang sama ia menyatakan mengonsumsi telur penyu atau dagingnya dalam skala kecil dapat mengakibatkan diare, dan dehidrasi tinggi yang dapat menyebabkan kematian.
Penyu merupakan salah satu mata rantai dalam ekosistem di lautan. Apabila jumlahnya menurun atau bahkan hilang sama sekali, maka hal yang paling mungkin terjadi adalah melimpahnya jumlah makanan utama penyu dan berkurangnya jumlah predator alami penyu di laut. Hal ini tentu akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem laut.
Upaya yang dapat dilakukan adalah membuatkan penangkaran bagi penyu seperti yang telah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Telur-telur penyu yang ditemukan dapat dijual oleh masyarakat kepada penangkaran, lalu di penangkaran telur-telur penyu dapat ditetaskan sehingga anak-anak penyu dapat diselamatkan di fase awal hidupnya. Apabila induk penyu terjaring dalam pukat yang ditebar oleh nelayan, maka sebaiknya dilepaskan kembali, atau diserahkan ke penangkaran supaya dapat diselamatkan. Namun untuk membuatkan suatu penangkaran bagi penyu, dibutuhkan keseriusan pemerintah daerah khususnya Kabupaten Bangka Barat. Studi pendahuluan atau kajian sangat diperlukan agar diperoleh data yang valid apakah lingkungan pantai/ laut kita sesuai atau tidak bagi perkembangbiakan penyu.